Yuk Rencanakan Dana Darurat Sejak Dini, Idealnya Berapa Persen dan Disimpan Dimana Ya?



Dana darurat merupakan salah satu bagian penting dalam manajemen keuangan sebuah keluarga. Sayangnya segelintir keluarga bahkan tidak mengetahui seberapa perlu merencanakan dan menganggarkan uang untuk dana darurat. Hal ini karena dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat turun temurun yang hanya menjalani masalah keuangan sebagaimana masalah sehari-hari, kapan masalah timbul barulah waktu itu dicari solusinya. Persoalan keuangan seakan tidak perlu dikaji ulang dan dipelajari lebih dalam.

Ada juga tipikal orang yang mengetahui bahwa mengelola keuangan keluarga seperti anggaran dana darurat itu banyak manfaatnya tetapi memang aslinya malas dan tidak mau ribet plus pusing. Pada sisi lain juga ada sebagian orang yang telah menyadari betapa urgen dana darurat ini tetapi mereka bingung cara merencanakannya. Beragam tanda tanya muncul di pikiran seperti dana darurat ideal berapa persen, bagaimana cara mengalokasikan dananya, dimana sebaiknya disimpan dan lain-lain. 

Membuat anggaran dana darurat ini memang sedikit menantang. Mau tidak mau akan membuat berpikir keras terutama jika dilakukan pertama kali oleh mereka yang sedang belajar manajemen keuangan keluarga. Hal ini wajar karena seseorang merencanakan sesuatu hal baru yang sebelumnya tidak pernah direncanakan. Membuat anggaran yang sebelumnya belum pernah direncanakan. 


Perhitungan Dana Darurat Ideal Keluarga

Ada yang bertanya dana darurat itu berapa ya? Sebenarnya berapa persen dana darurat idealnya harus disiapkan? Para ahli keuangan sudah menetapkan standar perhitungan dana darurat menggunakan faktor kali. Perkaliannya tergantung pada apakah seseorang masih lajang atau sudah berkeluarga serta dipengaruhi oleh berapa total pengeluaran setiap bulan. Khusus untuk mereka yang sudah menikah dan punya anak jumlah dana darurat yang disarankan adalah 12 x pengeluaran bulanan. 

Contoh perhitungan dana darurat :

1. Bagi yang sudah berkeluarga. Misalnya keluarga A menghabiskan uang sekitar Rp 4.000.000 setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan makan dan biaya-biaya lainnya. Maka dana darurat yang disarankan untuk dikumpulkan adalah 12 x Rp 4.000.000 = Rp 48.000.000. Dengan kata lain, jumlah yang harus disiapkan sama dengan biaya bulanan selama setahun penuh. Jika pun mau dibuatkan persentasenya juga bisa yaitu 1.200 % dari pengeluaran bulanan. Sesuai contoh diatas, 1.200 % x Rp 4.000.000 = Rp 48.000.000.

2. Bagi yang masih lajang. Misalnya Putri menghabiskan uang Rp 2.500.000 setiap bulan untuk living cost. Maka total dana darurat yang perlu dikumpulkan adalah 6 x Rp 2.500.000 = Rp 15.000.000.

Secara umum, jumlah dana darurat yang harus dipersiapkan oleh orang yang sudah menikah akan jauh lebih besar dibanding yang masih single. Begitu juga, besar kecil total dana darurat uang perlu dikumpulkan dipengaruhi besar kecil pengeluaran bulanan. Namun, pada beberapa kasus, pengeluaran orang single kadang bisa lebih besar jika memiliki gaya hidup boros. Selain itu juga sangat ditentukan oleh living cost di suatu wilayah, antara di desa dan ibu kota sudah jelas berbeda. 



Dana Darurat Disimpan Dimana?

Jika sudah mulai mengumpulkan dana darurat, kira-kira bagusnya disimpan dimana? Ada yang bingung mau di investasikan, di depositokan, dibelikan emas atau dibiarkan saja di rekening. Sesuai namanya, dana darurat diperlukan jika terjadi kondisi genting dan tidak terduga. So, pada hakikatnya dana ini sebaiknya selalu ready atau cash. Hanya saja jika jumlahnya sudah lumayan banyak sebagian orang mungkin merasa sayang jika dibiarkan saja. Mereka berpikiran mengapa tidak di investasikan sebagian agar bisa menghasilkan uang.

Pertama sekali harus dilihat dulu sudah berapa persen dana yang terkumpul. Jika sudah lumayan besar, barulah cocok memikirkan mau disimpan dimana. Misalnya contoh keluarga A diatas, dimana baru terkumpul Rp 12.000.000 dari total yang akan dicapai Rp 48.000.000. Untuk dana sebesar Rp 12.000.000 maka sebaiknya disediakan cash bisa di rekening bisa di tangan. Jika sewaktu-waktu terjadi hal darurat, maka uangnya tinggal ditarik di ATM atau diambil. Jikapun ingin diinvestasikan, bisa mencoba membeli emas karena emas bersifat liquid alias mudah dijual kapan saja. 

Memindahkan dana darurat ke dalam bentuk emas juga bisa sebagai melindungi nilai apalagi jika khawatir uangnya takut habis kalau disimpan di rekening.
Hanya saja investasi emas baru terasa menguntungkan jika disimpan dalam jangka waktu lama. Ya, berharap saja semoga tidak terjadi keadaan darurat sehingga emasnya tidak perlu dijual buru-buru. 

Nah, jika dana darurat yang terkumpul sudah besar nominalnya sudah sampai 50 %, barulah bisa dipertimbangkan mau diinvestasikan di pasar modal. Akan tetapi ingat, jangan seluruhnya hanya sebagian saja. Uangnya harus disimpan di berbagai investasi, jangan menaruh telur pada satu keranjang sebab investasi tak hanya untung tapi juga bisa rugi. Misalnya dari total yang sudah terkumpul Rp 24.000.000 disediakan dalam bentuk cash di rekening Rp 8.000.000,  dibelikan emas Rp 8.000.000 dan dibelikan reksadana pendapatan tetap Rp 8.000.000. Selain itu, sebaiknya memilih yang resikonya lebih kecil seperti reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap. 

Pada tahap ini sebaiknya pikirkan matang jika ingin investasi saham sebab saham dikenal dengan high return dan juga high risk. Namun, jika total dana darurat sudah terkumpul 100 % Rp 48.000.000, bolehlah dialokasikan untuk investasi saham sekian persennya dengan catatan seseorang sudah paham seluk beluk investasi saham itu sendiri.


***

Nah, demikianlah ulasan tentang merencanakan dana darurat, berapa persen dana darurat ideal hingga sebaiknya dana darurat disimpan dimana. Semoga informasi ini bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi yang sedang merencanakan dana darurat keluarga maupun personal. Satu hal yang jelas bahwa dana darurat itu memang sangat penting untuk dianggarkan. Jika tidak bisa menyebabkan kekacauan keuangan. 

Misalnya saja tiba-tiba orang tua sakit tetapi dana darurat tidak ada sama sekali, terus mau diambil dari mana uang untuk membantunya? Begitu juga saat kendaraan rusak dan masalah lainnya. Tak sedikit keluarga yang membuat hutang untuk menyelesaikan masalah-masalah tidak terduga yang tidak diharapkan terjadi tersebut. Apa yang disampaikan disini adalah masukan atau bahan pertimbangan. Namun, keputusan sepenuhnya tetaplah berada di tangan masing-masing orang. Yuk mari lebih bijaksana merencanakan dan menyikapi dana darurat lebih serius. []